Posts

Harapan

Aku selalu berharap agar punya suami yang bisa berbaur dengan keluargaku, akrab dan peduli dengan kedua orangtua dan adik-adikku. Dan sekarang aku semakin ingin memiliki suami yang seperti itu. Mengingat kondisi keluargaku yang sedang ginjang-ganjing seperti ini.

Galau tingkat Negara

Nggak tau kenapa aku sekarang sedang berada pada masa dimana ke-sorrow-an itu kurasakan. Setelah dipikir-pikir semua yang kurasakan ini karena oh karena: 1. introvet ku yang kurasa kadang merugikanku kalau kumpul keluarga. 2. di umurku yang mendekati kepala 3 ini aku belum juga menikah. Oh ya, FYI, menikah is everything after college graduated beside get a job. 3. aku ngerasa belum bisa membahagiakan orangtua ku. ini sih beban terbesar. dan faktor yang bisa bikin orang tuaku bahagia sepertinya poin 2. Aku selalu berpikiran orang-orang yang menanyaiku kapan menikah benar-benar merasa prihatin dengan keadaan seseorang yang belum menikah (termasuk aku). Dan aku nggak suka itu. Yeah, mungkin ini bagian dari berputarnya roda kehidupan. Dulu saat aku masih cukup muda aku merasa heran dengan orang-orang yang belum menikah di usia di atas 25 tahun, dan sekarang aku berada di posisi itu. Semenjak aku mengalaminya aku jadi sadar dan mendoakan orang-orang yang belum menikah yang kukenal agar

Seorang INFP dan ambivert

Hmpft... Aku udah post di beberapa postingan ku tentang diri ku yang ambiveert. aku pernah testtentang akepribadian, istilahnya itu tes MBTI (Myerr-Biggs Type Indicator). Dan MBTI ini sendiri adalah psikotes yang dirancang untuk mengukur preferensi psikologis seseorang dalam melihat dunia dan membuat keputusan. Banyak yang menggunakan tes ini untuk mengetahui diri nya ada di tipe kepribadian yang mana. Di MBTI ada 16 jenis kepribadian. Dan setelah mengikuti tes online, aku lebih condong pada kepribadian INFP (introvert, intuiting, feeling, perceiving).  Memang iya banget sih. Secara dalam tes itu kita menjawab semua pertanyaan kita sesuai kepribadian kita yang sebenarnya. Aku juga ngerasa diriku ambivert, karena aku bisa ngerasain 2 hal. 1. Aku merasa lebih nyaman nggak berbaur dengan khalayak ramai, tapi ini lebih khusus pada orang yang kurang akrab denganku. Aku nggak nyaman mingle dengan orang asing intinya. Atau kadang jika ada yang mengajak aku ngumpul (walaupun dari circle t

Relationship orang Ambivert

Sebelumnya nggak lupa aku selalu bersyukur atas apa yang sudah Tuhan berikan padaku selama ini. Syukurnya aku masih bisa hidup dengan sehat (walaupun sedikit flu), dan tinggal di kota yang syukurnya aman, dan lain-lain. Dan pardon, blog ini nggak menggunakan bahasa 100% sehari-hari. Yeah, sebaku tapi antai mungkin lah. Hehehe. Aku hanya memanfaatkan teknologi blog ini untuk mencurahkan isi hatiku yang nggak bisa aku ceritakan dengan leluasa ke orang lain (yang kukenal). Bukan, aku bukannya nggak punya teman atau sahabat, apalagi saudara. Aku punya mereka, tapi aku tipe orang yang (terkadang) merasa nggak semua harus dan perlu kita luapkan ke mereka. Aku bisa jadi pendengar, selama apapun lawan bicaraku butuh didengarkan, dan aku terkadang aku malah nimbrung curhat kalau masalah kami mirip. Tapi untuk secara langsung niat untuk curhat aku nggak bisa. Aku bingung mulai darimana, karena rasanya banyak yang menumpuk diotakku sebagai seorang setengah introvert setengah extrovert. Sepe

Nasib Jomblo Aquwd

Hari ini galau BANGET. Tapi aku nggak bisa nangis. Aku nggak mau orang bertanya padaku,"Kau kenapa nangis? Matamu bengkak banget!". Ibuku sudah kesal padaku, karena belum ada prospek menikah seujung kuku pun. Aku sudah tua dan aku belum ada prospek menikah. Mengenaskan. Yeah, memang belum menginjak 30 tahun, tapi tetap saja masuk dalam usia kritis di status yang belum ada tanda-tanda menikah ini. Well, aku nggak masalah sama diriku yang masih sendiri ini, aku memaklumi diriku sebagaimana adanya diriku. Unch. Tapi yang membuatku tertekan adalah lingkungan. Bibi-bibiku yang super cerewet (menurutku sebaiknya mereka mendoakan ku cepat dapat jodoh saja daripada terus mendesakku), kakak-kakak sepupuku, teman-teman yang desakannya nggak kalah menyebalkan. Iya, aku tahu kalian sudah bahagia dengan pernikahan kalian, dan aku tahu maksud kalian mendesakku adalah demi kebaikanku. Tapi oh tapi. Bagaimana aku mau menikah kalau calon yang pas (menurutku) saja belum ada tanda-tanda

Memuluskan Wajah dengan air urine + caranya.

Image
Hai, buat para galauers yang punya masalah dengan jerawat dan bekasnya. gambar urine dari pediaku.com Aku baru dapat info terpercaya, nih. Alkisah, ibuku punya seorang teman yang umurnya sudah nggak muda lagi dan tumben bertemu lagi beberapa hari yang lalu ini. Umurnya sekitar 50-an tahun. Tapi yang lain dari dia dibandingkan wanita seumuran dia yang lainnya adalah kulit wajahnya tampak awet muda dan lebih mulus dari sebelumnya. Menurut tante itu juga, ini bisa digunakan untuk menghilangkan jerawat dan bekasnya, plus memuluskan. Itu berkat adanya zat anti-jamur dan anti bakteri yang terkandung dalam urine murni sehabis bangun tidur. Karena takjub dengan kulit wajah sang teman lama, ibuku langsung menanyakan apa rahasia waja mulusnya. Ternyata nggak disangka-sangka, rahasia wajah mulus itu adalah rajin mengoleskan air urine kita sendiri aka kencing saat baru bangun tidur ke wajahnya. Pulang dari bertemu temannya, ibuku langsung menceritakan tips dari temannya itu, dan nyar

Introvert:Extrovert is 50:50

Aku nggak tau disebut sebagai apa sifat dalam diri ku. Aku orang yang lebihnyama berada dirumah hampir seharian, tanpa bersosialisasi dengan teman-teman diluar sana. Aku lebih nyaman tidak menghadiri undangan teman, terutama teman yang tidak teralalu akrab. Tapi kadang aku merasa janggal dengan diriku yang seperti itu, aku kadang ingin berkumpul dengan teman-teman yang udah lama nggak aku temui. Walaupun tetap dalam suasana hati yang bimbang "kayaknya aku lebih baik nggak ikut ngumpul, lebih enak dirumah", atau, "apa aku sebaiknya ikut, ya? Karena aku sudah lama nggak berkumpul bersama teman-temanku". Atau dengan kata lain kadang aku suka merasa butuh keramaian disaat aku bosan sendiri di rumah. Aku jarang memulai suatu pertemanan, tapi kadang kalau udah akrab dengan seseorang aku cerewet banget, sampai hal nggak penting aku bahas. Hehehe. Yah, aku emang cenderung anti sosial. Nggak baik memang, tapi emang itu diriku. Mau ngubah diri jadi kebalikannya malah ng